(Ilustrasi
Dakwah)
Pudarnya Pesona Dakwah
Cahaya matahari yang ikut
turun memporak-porandakan kegelapan kampus, menjadikan mahasiswa yang haus akan
ilmu ikut menikmati manfaat sinarnya, panasnya seperti menjilat-jilat bumi,
menyebabkan dahaga yang tak berujung, tanah dan pasir seakan menyemburkan aroma
panas neraka. Penduduk kampus yang ikut menikmati panasnya sengatan matahari
hari ini mengekspresikan dengan berbagai gaya. Ada yang berleha-leha dibawah
pohon rindang, menikmati minuman showcase kantin, bahkan ada yang sengaja datang
kemasjid hanya untuk menurunkan suhu badan dengan pendingin ruangan masjid
satu-satunya dikampus ini.
Dari kejadian-kejadian
aktivitasku belakangan ini, seperti ada
yang aneh dengan diriku. Jantungku terpacu mendera aliran darah yang menggema,
hatiku seakan menjerit menahan keringat dingin ketika ada sesosok makhluk aneh
lewat didepan mataku, meski telah kutundukan pandanganku sampai kupejamkan mata
ini tapi hatiku berdesir kencang, semoga bukan dia, bukan, tolong jangan dia ya
Allah.
“ada
apa joe” ditepuknya pundakku dengan keras.
“ahh
akhi, kau mengagetkanku”.
Irwan, dia adalah sohibku
disebuah komunitas dakwah kampus swasta di Banten. Dan inilah aku, Jufri Ramadhan
yang sering dipanggil joe dikalangan teman-teman aktivis dakwah kampus.
Duniaku selalu dipenuhi
dengan cinta. Yahh, cinta hanya untuk rabb ku dan pemandu hidupku Rasulullah
SAW. Tapi belakangan ini seperti ada yang aneh dengan hidupku, duniaku seperti
diselimuti dosa tak bertepi, telah tertanam rasa dalam hati ini, aku tidak tau
dan aku tidak bisa menafsirkan perasaan aneh ini karena aku mencintai gadis
itu.
“kau kenapa joe,
kuperhatikan dari gerbang masjid sana, tanganmu pegang Quran tapi matamu
seperti menatap perawan saja” ledek irwan.
“Astaghfirullah, ampuni
aku ya Allah. Wan, dia menggetarkan imanku. Akhwat yang kulihat di majlis waktu
itu, aku tak sengaja menatap matanya dan seperti ada kerut senyum dibalik kain
hitam yang menyelimuti wajah ayunya. Sungguh aku tak sengaja menatapnya. Dan
itu membuat ibadahku tak tenang wan tolong aku” tukasku pada irwan.
“Istighfar akhi, sebelum
halal wanita adalah syaiton bagimu. Ingatlah joe, tanpa kau sadari dia akan merenggut
seluruhnya darimu bahkan semangat juangmu menegakkan syariat islam, dakwah kita
masih panjang joe, jangan sia-siakan waktumu hanya untuk memikirkan orang yang
bahkan namanyapun tak kau tau kan joe,” Ujar irwan.
Kata-kata irwan seperti
pedang yang tepat menghunus jantungku, tak kuasa aku menahan haru dan air
mataku terjatuh tanpa kusadari aku sudah berada dalam pelukan sahabat karibku
itu. Benar kata irwan, tak seharusnya ini terjadi padaku dan untuk apa aku
memikirkanya yang bahkan namanyapun aku tak tau apalagi corak wajahnya yang
terbungkus rapih dengan niqob hitam yang tertiup angin kala itu, ahh sungguh
berdosanya aku menatap yang bukan miliku.
* * *
Dalam pergulatan jiwa yang sulit, berhari-hari kuhiasi
waktuku dengan tilawah dan muraja’ah hafalan qur’an. Terjebak dalam kisah-kisah
perjuangan para sahabat nabi menegakan islam didunia, perjuangan mereka tidak
sebanding dengan tangis darah aktivis dakwah dizaman yang serba modern ini.
Mobilisasi dakwah oleh oknum tidak bertanggung jawab menampar hati ini yang
tidak bisa melakukan apa-apa untuk menegakan islam setegak-tegaknya, bahkan
dilingkungan kampus yang sangat kecil ini terasa sangat berat beban dipundak
ini.
Ya rasulullah, Durhakalah
aku
Jika dalam hidupku tak
kusebut namamu
Ya rasulullah, merugilah
aku
Jika dalam tidur dan
matiku
Tak tampak wajahmu
dalam pelukku
Dalam
arus modernisasi teknologi, menisbatkan tahun 2018 sebagai zaman dimana punya
kuota lebih berharga dari pada punya hafalan quran, dan aku menjadikan media
sosial sebagai salah satu ladang dakwah yang kupilih untuk berperang melawan
kebodohan, memperkenalkan syariat islam pada generasi muda dengan cara modern
dan mudah diterima mahasiswa kekinian. Membuat video pendek, design quotes hukum-hukum
islam adalah salah satu rayuanku menarik mahasiswa baru mengenal islam secara
kaffah. Seperti Amir khan selalu dengan karyanya menyelipkan pemanfaatan ilmu
pengetahuan, kreatifitas penyampaian pesan moral yang dikemas sangat apik
seperti dalam film “3 Idiots, Taare
Zaamen, bahkan P-K. Mencoba menjadikanya sebagai salah satu inspirasi dalam
menyampaikan pesan moral dengan keilmuan sederhana sebagai salah satu bentuk
strategi dakwah kontemporer.
Karen
menjadi kader dakwah kampus tidak menjadikanku kudet hanya bergelut dimajlis
dengan setumpuk kitab kuning saja, aktif menjadi admin salah satu akun
media social dakwah adalah salah satu
senjataku untuk berperang. Yah, kemana lagi kalo bukan melalui sosmed kusebar
virus-virus dakwahku itu. Dan nampaknya ada pesan yang masuk dari salah satu followers
akun ini, sudah biasa banyak pesan yang masuk, tapi yang ini berbeda profilnya
bercadar. Ingatanku langsung menyudut pada sosok gadis dimajlis itu, ahh
entahlah tak mungkin. Mana mungkin akhwat yang itu, sudah lama sekali dan
sepertinya dia juga bukan mahasiswi dikampus ini.
“asssalamualaikum
admin,
Afwan
sebelumnya, ane Zahira Firdaus bermaksud untuk mengundang LDK Baiturrahim dalam
walimatul ursy kami, keterangan dan alamat sudah tertera pada foto yang ane
kirim semoga teman-teman berkenan hadir dan mendoakan kami. Ane salah satu
kader 2015 tapi belum bisa ikut berkontribusi aktif, semoga pesan ini bisa
tersampaikan dengan baik, syukron sebelumnya Wassalamualaikum wr.wb,” pesan
singkat dari akun instagram Fatimah Azzahra.
“waalaikum
salam,
Alhamdulillah,
baarakallu lakuma ukhti. Semoga lancar kami turut berbahagia, insya allah
disempatkan hadir,” balasku
Rasa
penasaranku dengan akun ini menuntun jemariku untuk menjelajahi akun Fatimah
Azzahra. Namun apa mau dikata ternyata akun terkunci. Dalam hati berbisik
semoga bukan gadis yang dimajlis itu.
Handphone
ku berbunyi, kiriman pesan singkat whatsapp dari ustadz Azam. Subhanallah
undangan pernikahan 17 juli 2018. Tapi seperti ada yang aneh dengan undangan
ini, yah benar ini undangan sama dengan yang dikirim oleh akun Fatimah Azzahra
persis sama sekali tertulis “Azam & Zahira”. Saat itu juga kubalas pesan
doa dan selamat untuk ustadz sekaligus murobiku itu. Ponselku berbunyi lagi,
panggilan masuk dari sahabatku irwan.
“joe
assalamualaikum,”
“Kau
dimana joe,sudah dapat pesan dari ustadz azam?” Tanya irwan sedikit
tergesa-gesa.
“waalaikum
salam, sudah Alhamdulillah. Ada apa wan, nanti kita undangan bareng yah, “
ujarku.
“ane
coba selidiki gadis antum itu joe. Ane kaget bukan kepayang, gadis itu ternyata
yang mau menikah dengan ustadz azam joe. Dan kabarnya setelah menikah, mereka
akan pindah ke jawa tengah meneruskan pondok pesantren milik orangtua ustadz
azam”.
Hatiku
seperti tersambar petir mendengar apa yang dikatakan Irwan, remuk seluruh
tulangku tak berdaya, aliran darahku seperti tersendat keringat dingin. Ya
Allah ya Mughitsu, aghitsni. Belum pernah aku merasakan sakit sesakit ini maka
ampunilah aku ya allah.
Wal ladziina yaquuluuna Rabbana hab lana min
azwaajina wa dzurriyatina qurrta a’yuniw waj’alna lil muttaqiina imaama ..
Doa yang selalu kupanjatkan dengan
khusyu dan merayu berharap dipertemukan
dengan dia cinta pertamaku yang kuharap menjadi pelabuhan terakhirku, ternyata
Allah pertemukan dengan cara yang menyakitkan, belum sempat kusebut namanya
dalam doa, sekarang namanya akan disebut dalam ijab Kabul murabbiku sendiri.
Dan dengan didera pilu
yang semakin larut, aku seperti berada dalam kisah “Tenggelamnya kapal
Vanderwijk” betapa hampanya zainudin dan hayati yang tak bisa bersama hanya
karena status sosial. Aku yang bahkan namanya saja tak tau, sudah dilanda cinta
sampai kulupa dengan sang pemberi cinta. Hidup ini seperti tak adil, dan saat
itu juga kuputuskan untuk berhenti dari segala aktifitas dakwahku, kuputus
semua akses informasi tentang diriku, karena telah pudar pesona dakwah dalam
hatiku. Hidupku terasa hambar dan tersiksa, akhirnya kuputuskan untuk pindah
kampus ke Surabaya, ikut dengan pamanku memulai hidup baru dan dengan jalan
hidup yang baru.
***
Dari pelataran salah
satu rumah Allah yang dihiasi ayat-ayat suci dari setiap sudut bangunan kokoh
design dinasti mesir yang terlihat anggun dengan sorotan lampu kekuningan,
ternyata 2 tahun sudah aku berhasil menempuh strata 1 hukum international di
Universitas Airlangga Surabaya. Tiba-tiba terbesit ketika aku mulai merasakan
pudarnya dakwah dalam diriku hanya karena pesona seorang gadis bercadar.
Astaghfirullah, rasa hati malu padamu ya Allah dan sungguh bodohnya keputusanku
itu, untung saja dakwahku masih terselamatkan dan ternyata ada wanita bercadar
yang mengagetkan lamunanku, seketika aku tergeliat
“afwan akhi, saya sudah
salam 3x namun nampaknya antum belum mendengar apa yang saya katakan,”.
“astaghfirullah, afwan
ibu, saya tidak mendengar,”
“ooh maafkan saya jika
menggangu, saya hanya ingin menyampaikan surat wasiat dari almarhum suami saya
untuk antum. kalau ingatanku tidak salah, antum Jufri Ramadhan salah satu murid
ustadz azzam almarhum suami saya, sekarang saya tidak membawa surat itu dan jika
berkenan saya minta kontak whatsapp antum untuk saya kirimkan isi fotonya karna
sampai sekarang saya tidak berani untuk membacanya,”
“innalillahi wa inna
ilaihi roji’un, ustadz azzam,”
Za, kini aku memanggil namamu dalam doa, Allahumma inni as-aluka ridhaaka wal jannah.
Ya Allah aku mohon ridha-Mu dan Surga-Mu. Dengan surat wasiat ini engkau telah
membuka mata hatiku dan aku percaya jika rizki, jodoh dan maut telah engkau
gariskan yang tak bisa aku kuasa untuk merubahnya. Seudzonku terhadapmu telah
terang sudah terbayar bahwa pesona dakwahku kembali benderang dengan engkau
kirimkan dirinya yang telah terdustakan dengan ego hawa napsu yang tak
berujung.
Perangaimu memang tak sejelita ketika mata yang penuh
dosa ini menatapmu , namun dengan surat ini kini aku yakin bahwa yang
berbahagia adalah Jufri Ramadhan dengan penuh cinta menebar pesona dakwah bersama
kekasih halal Zahira Firdaus.