YOUTHINDONESIAN - Komunitas masyarakat Baduy yang termasuk ke dalam suku Sunda, yang berdiam dan banyak bertempat tinggal di wilayah Kab. Lebak, Banten, dikenal sebagai masyarakat adat yang kehidupannya masih lekat dengan alam, hidup di kawasan gunung dan hutan, hidup berdampingan dengan alam, menjadikan dan mengandalkan alam sebagai penopang sumber kehidupan mereka, sehingga cara pandang dan sikap masyarakat Baduy pun sangat berpengaruh terhadap bagaimana sikap mereka kepada alam sekitar.
Hal itu pula yang melatarbelakangi Rehabilitasi Foundation, yang merupakan salah satu Non Government Organization (NGo) yang berasal dari kecamatan Labuan, Pandeglang, Banten dan juga bergerak di bidang lingkungan untuk menyelenggarakan program kegiatan Rehabilitasi Foundation Goes To Baduy.
"Tujuan utama kita yaitu melakukan observasi dan pembelajaran ilmiah, untuk melihat dan mengamati secara langsung bagaimana kehidupan masyarakat adat baduy, khususnya masyarakat adat Baduy Jero yang bisa hidup selaras dengan alam, peraturannya seperti apa, nilai filosofis dan ajaran secara culturenya seperti apa dan beberapa hal lainnya yang mungkin nanti bisa menjadi sesuatu hal yang bermanfaat untuk dipelajari dan bisa diterapkan oleh kita semua, khususnya yang berkaitan dengan bagaimana kita bersikap terhadap alam dan lingkungan" Ungkap Fikri Jufri selaku ketua yayasan Rehabilitasi Foundation.
Kegiatan observasi dilakukan selama dua hari dan menginap di salah satu rumah penduduk lokal masyarakat adat Baduy Jero.
"Kalau untuk masyarakat urban seperti kita, yang di mana sudah menemukan banyak segala fasilitas seperti listrik dan internet, transportasi publik dan lain sebagainya, mungkin tidak akan kuat menjalani kehidupan seperti masyarakat adat Baduy Jero. Di sini, di Baduy Jero, aturan adat tidak memperkenankan masuknya modernisasi, segala hal yang berbau modernisasi tidak diperkenankan masuk, setelah kami observasi dan pelajari, memang ada beberapa nilai-nilai filosofis di balik berlakukannya aturan adat tersebut. Di antaranya untuk menjaga keutuhan dan nilai-nilai ajaran leluhur agar tidak terkikis oleh nilai-nilai budaya yang di bawa dari luar." Ujar Yola Oktaverina, salah satu anggota sekaligus peserta Rehab Goes To Baduy.
Di Baduy Jero dilarang memotret atau pun membawa handphone dan benda-benda yang sekiranya akan mempengaruhi masyarakat adat Baduy. Oleh karena itu, di Baduy Jero tidak akan ditemukan listrik, televisi, radio atau pun sejenisnya. Masyarakatnya hidup secara tradisional.
Selain melakukan observasi, tim Rehabilitasi Foundation juga melakukan wawancara dan menggali informasi terkait bagaimana kehidupan sosial dan budaya masyarakat Baduy Jero, serta melakukan penyisiran dan memungut sampah di sepanjang jalur masuk dan keluar kawasan Baduy Jero.
"Kami juga belum tahu pasti dari mana sampah-sampah plastik ini berasal, setahu kami, masyarakat adat Baduy Jero sangat menjaga lingkungannya. Kami khawatir, bisa jadi ini dibawa oleh para wisatawan ke dalam wilayah Baduy Jero saat mereka berkunjung, sepanjang perjalan, kami berhasil mengumpulkan kurang lebih 9kg sampah plastik." Jelas Mochamad Chandra Hidayat, tim Rehabilitasi Foundation.
"Kalau bahasanya mungkin learn from nature and culture, kita ingin belajar dari alam dan budaya, khususnya dari masyarakat adat Baduy Jero, kebetulan Komunitas Rehabilitasi juga adalah bagian dari pada Rehabilitasi Foundation yang bergerak di bidang lingkungan, maka kegiatan bisa dikatakan sangat penting dan berharga bagi kami, khususnya anak-anak muda yang ini peduli terhadap perkembangan kondisi lingkungan, ketahanan pangan di masa depan dan Krisis iklim saat ini," Jelas Adroni, ketua Komunitas Rehabilitasi, yang merupakan komunitas lingkungan yang diasuh dan diberdayakan oleh Rehabilitasi Foundation.
Sayangnya, kegiatan observasi di wilayah Baduy Jero minim dokumentasi, sebab peraturan adat tidak memperbolehkan pengunjung atau mereka yang masuk ke wilayah Baduy Jero untuk mengambil gambar atau memotret, jika ketahuan bisa ditegur dan mungkin akan ada hukum adat tertentu atau mereka meyakini akan ada tulah jika pengunjung melanggar aturan, walaupun ada beberapa oknum yang tetap berani mengambil gambar secara diam-diam. Tapi, untuk menghargai tempat di mana kita bertamu, tentu sebaiknya mengikuti aturan yang berlaku.***